Beranda | Artikel
Mencari Malam Keutamaan
Jumat, 29 April 2022

Khutbah Pertama:

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ

وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Kaum Muslimin rahimakumullah,

Ramadhan hanya tinggal menghitung hari. Tentu kita tidak ingin sisa-sisa hari ini berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu yang bisa kita maksimalkan. Banyak sekali hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memotivasi kita untuk terus mengobarkan semangat di akhir Ramadhan. Beliau menasihati umatnya dengan sabdanya, dari Abdullah bin Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلْتَمِسُوْهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ، فَإِنْ عَجَزَ أَحَدُكُمْ أَوْ ضَعُفَ، فَلَا يَغْلِبَنَّ عَنِ السَّبْعِ البَوَاقِي

“Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir. Kalau kalian tidak mampu, jangan sampai terluput dari tujuh hari yang tersisa.” [Diriwayatkan oleh Al-‘Aini dalam Nukhabul Afkar, 11/231]

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

اِلْتَمِسُوْهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ؛ لَيْلَةَ القَدْرِ فِيْ تَاسِعَةٍ تَبْقَى، فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى))  رواه البخاريُّ (2021)

“Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Lailatul qadar itu bisa di Sembilan hari tersisa, bisa di tujuh hari tersisa, dan bisa juga di lima hari tersisa.” [HR. al-Bukhari 2021].

Ibadallah,

Di sisa-sisa hari ini, mari kita renungkan dan kita hisab diri kita apa yang telah kita perbuat selama hari-hari terdahulu dari Ramadhan. Di hari dua puluhan yang awal! Kalau seandainya kita sudah melakukan hal-hal yang utama dan baik, kita bersyukur kepada Allah. Dan terus menjaga semangat untuk menyempurnakan amal kita hingga akhir. Karena amal itu tergantung akhirnya. 

Kalau kita termasuk orang-orang yang kurang semangat dalam beribadah di dua puluhan hari yang telah lalu, kita tinggalkan kemalasan tersebut. Kita sungguh-sungguh di hari yang tersisa. Seandainya awal Ramadhan kita banyak kekurangan, maka jadikanlah penutupnya ini adalah penutup yang sempurna. Dan Allah Pemilik karunia yang besar. Kalau kita memperindah amalan akhir kita, makan Allah akan menghiasi seluruh amalan kita dengan kebaikan.

Ibadallah, 

Saat ini kita masih mengharapkan keberkahan dan keutamaan lailatul qadar, malam yang penuh keberkahan. Keberkahannya dimulai dari awal malamnya hingga akhir malam. Kebaikannya begitu banyak. Sampai-sampai Allah jadikan sebagai malam tepat untuk turunnya Alquran. Dan di malam ini, Allah tetapkan takdir untuk satu tahun ke depan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4) أَمْرًا مِّنْ عِندِنَا ۚ (5)

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.” [Quran Ad-Dukhan: 3-5]

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Di malam itu Allah menetapkan urusan dunia satu tahun ke depan. Tentang siapa yang dipanjangkan usianya. Siapa yang meninggal. Dan tentang catatan rezeki.” (Tafsir Al-Qurthubi).

Ibadallah,

Di antara kesalahan yang terjadi di masyarakat adalah mereka menyebarkan berita dan sangkaan mereka bahwa semalam adalah lailatul qadar. Hal itu berdasarkan apa yang mereka rasakan di malam harinya atau saat matahari terbit di pagi hari. Tindakan seperti ini bertolak belakang dengan maksud syariat. Karena Allah dan Rasul-Nya merahasiakan malam mulia ini. Dan memerintahkan kita mencari dan bersungguh-sungguh di sepuluh malam terakhir. 

Perbuatan menyebarkan pendapat-pendapat seperti ini juga dapat mempengaruhi semangat kaum muslimin untuk bersemangat di hari-hari tersisa. Apa yang mereka sebarkan ini bukanlah fakta. Itu hanya pendapat saja. ditambah lagi kita mengetahui amalan Rasulullah yang terus bersemangat di sepuluh malam terakhir hingga beliau meninggal. Kalau ada orang yang bisa memastikan malam tertentu adalah lailatul qadar, tentu itu adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang layak. Tapi beliau tetap bersungguh-sungguh di sepuluh terakhir.

عُيَيْنَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنِيْ أَبِيْ قَالَ ذَكَرْتُ لَيْلَةَ القَدْرِعِنْدَ أَبِيْ بَكْرَةَ فَقَالَ مَا أَنَا مُلْتَمِسُهَا لِشَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ فَإِنِّي سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ اِلْتَمِسُوْهَا فِي تِسْعِ يَبْقَيْن أَوْ فِي سَبْعِ يَبْقَيْن أَوْ فِيْ خَمْسِ يَبْقَيْن أَوْ فِي ثَلَاثِ أَوَاخِرِ لَيْلَةِ قَالَ وَكَانَ أَبُوْ بَكْرَةَ يُصَلِّي فِي العِشْرِيْنَ مِنْ رَمَضَانَ كَصَلَاتِهِ فِي سَائِرِ السَنَةِ فَإِذَا دَخَلَ العَشْرَ اِجْتَهَدَ قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح

Uyainah bin Abdurrahman berkata, “Ayahku menyampaikan kepadaku bahwa dia membahas tentang lailatul qadar bersama Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu. Abu Bakrah berkata, ‘Aku tidak mencarinya kecuali dengan sesuatu yang aku dengan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. yaitu di sepuluh malam terakhir. Aku mendengar beliau bersabda, ‘Carilah di Sembilan hari tersisa. Atau di tujuh hari tersisa. Atau di lima hari tersisa. Atau di tiga hari tersisa’.

Ia menceritakan bahwa Abu Bakrah kalau shalat di dua puluh malam pertama Ramadhan sama seperti shalat malamnya di hari-hari biasa. Tapi kalau sudah memasuki sepuluh hari terakhir, ia bersungguh-sungguh. [At-Tirmidzi mengomentari Riwayat ini hasan sahih].

Ibadallah,

Pendapat mayoritas ulama bahwasanya lailatul qadar itu berganti-ganti tidak menetap di satu hari saja. Riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa lailatul qadar terjadi di hari tertentu bisa dimaknai dengan dua hal. Pertama, hal itu terjadi pada Ramadhan di tahun riwayat tersebut disampaikan. Atau kedua, maknanya adalah malam yang paling diharapkan terjadi lailatul qadar.

Yang perlu kita ketahui, para ulama mengatakan ada tiga malam yang paling diharapkan terjadinya lailatul qadar. Malam ke-23, 25, dan 27. Dan yang lebih diharapkan lagi adalah 23 dan 27. Dan yang paling diharapkan lagi adalah 27. Namun yang terpenting adalah seorang muslim bersemangat ibadah di sepuluh malam terakhir karena itulah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

Khutbah Kedua:

اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار

Ibadallah,

Malam Ramadhan yang istimewa hanya tersisa sedikit, dua atau tiga malam saja. Tentu besar harapan kita di sisa-sisa malam ini, kita termasuk orang-orang yang terbebas dari neraka. Karena itu, di sisa hari ini kita terus berdoa, terus bersemangat memanfaatkannya. Kita tunjukkan bakti kita kepada Allah. Berharap surga-Nya dan takut akan neraka-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وللهِ عتقاءُ من النارِ ، وذلك كلَّ ليلةٍ

“Dan Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka, hal itu terjadi di setiap malam.” [HR. At-Tirmidzi 682 dan Ibnu Majah 1642].

Namun sayangnya, setelah berlalu malam ke-27 sebagian orang mulai bersantai. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عنِ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم في ليلةِ القَدْرِ إنَّها ليلةٌ سابعةٌ أو تاسعةٌ وإنَّ الملائكةَ تلكَ اللَّيلةَ في الأرضِ أكثَرُ مِن عددِ الحَصَى

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang lailatul qadar. Sungguh malam itu adalah di malam kedua puluh tujuh atau kedua puluh sembilan. Di malam itu, jumlah malaikat yang turun ke bumi lebih banyak dari jumlah kerikil.” [HR. At-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Aushath, 5/159].

Bahkan dalam hadits lainnya, dari Muawiyah bin Abi Sufyan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التمسوا ليلة القدر آخر ليلة من رمضان

“Carilah lailatul qadar di malam terakhir dari Ramadhan.” [Shahihul Jami’ 1238].

Akhir Ramadhan bisa jadi hari ke dua puluh Sembilan. Bisa jadi hari ketiga puluh. Dan kita tidak tahu, bisa jadi malam yang penuh berkah yang kita cari dan sangat kita harapkan kebaikannya ini terjadi di akhir bulan ini.

Ibadallah,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mencari lailatul qadar di sepuluh malam terakhir. Sebagaimana Riwayat dari ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha,

عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ . (متفق عليه)

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam i’tikaf di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan hingga wafatnya, kemudian ustri-istri beliau itikaf setelah kepergiannya. [Muttafaqun ‘alaih].

Dan di malam-malam tersebut perbanyaklah membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

“Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf, karenanya maafkanlah aku.”

Siapa yang diberikan ‘afiyah oleh Allah Ta’ala, Allah akan memberikan kebaikan untuknya dalam tahun tersebut dan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhannya. Ia akan selama dari semua keburukan. Karena itu, perhatikanlah doa ini. Sebagaimana Rasulullah mengajarkan pamannya Abbas bin Abdul Muthalib agar meminta ‘afiyah kepada Allah:

عن أبي الفضل العباس بن عبد المطلب -رضي الله عنه- قال: قلتُ: يا رسول الله عَلِّمْنِي شيئا أسأله الله -تعالى-، قال: «سَلُوا اللهَ َالعافية» فمكثتُ أياما،ً ثم جِئْتُ فقلتُ: يا رسول الله علمني شيئا أسأله الله -تعالى-، قال لي: «يا عباس، يا عَم رسول الله، سَلُوا الله العافية في الدنيا والآخرة».   

[صحيح لغيره.] – [رواه الترمذي وأحمد.] 

المزيــد …

Dari Abu Al-Fadhl Al-Abbas bin Abdul Muttalib -radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata, Aku berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku minta kepada Allah Ta’ala”. Beliau menjawab, “Mintalah al-‘afiyah (keselamatan) kepada Allah.” Lalu berlalu beberapa hari, kemudian aku menemui beliau lagi, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku sesuatu yang aku minta kepada Allah Ta’ala.” Beliau berkata kepadaku, “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah, mintalah al-‘afiyah kepada Allah di dunia dan akhirat.” [HR. at-Tirmidzi dan Ahmad

Sahih li gairihi].

هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا))

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ؛ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِيْ الحَسَنَيْنِ عَلِيٍّ, وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنِ اتَّبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ, اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَأَعِنْهُ اللَّهُمَّ عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى، وَسَدِّدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ الصَّالِحَةِ النَّاصِحَةِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاجْعَلْهُمْ رَحْمَةً وَرَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ.

اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَوْى وَالعِفَّةَ وَالغِنَى, اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْنَا وَبِكَ آمَنَّا وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَبِكَ خَاصَمْنَا نَعُوْذُ بِعِزَّتِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، فَأَنْتَ الْحَيُّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوْتُوْنَ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ، وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ كُلِّ شَرٍّ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ, وَنَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ, اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ وَتُبْ عَلَى التَّائِبِيْنَ، اَللَّهُمَّ ارْحَمْ مَوْتَانَا وَمَوْتَى المُسْلِمِيْنَ، وَاشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَفَرِّجْ هَمَّ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ، وَنَفِّسْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ، وَاقْضِ الدَيْنَ عَنِ المَدِنِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَارْفَعْ عَنَّا الغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْزَلَازِلَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ وَالفِتَنَ كُلِّهَا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ؛ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, رَبَّناَ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ .

عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  .

Oleh tim khotbahjumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/6042-mencari-malam-keutamaan.html